Jakarta, 16/4/13. Kepala Bappeda Provinsi Kalimantan Timur, DR.Ir.H. Rusmadi, MS sebagai tuan rumah pelaksanaan Musrenbang Regional se Kalimantan memimpin rapat pra Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Regional Kalimantan dengan tema “Percepatan Penyelesaian Konektivitas dan Pemenuhan Energi di Kalimantan di ruang rapat Hotel Redtop Jakarta, bersama dengan Kepala Bappeda Provinsi Kalimantan Selatan, Kepala Bappeda Provinsi Kalimantan Tengah, dan Kepala Bappeda Provinsi Kalimantan Barat. Peserta dihadiri seluruh Bappeda dan SKPD terkait di lingkup Pemerintah Provinsi se Kalimantan kurang lebih berjumlah 150 orang.
DR.Ir.H. Rusmadi, Ms menyatakan bahwa perencanaan pembangunan Regional Kalimantan sesuai dengan tema yang dibahas bahwa perencanaan pembangunan ke depan lebih memprioritas pada sumberdaya alam yang terbarukan, dan berkenaan dengan percepatan penyelesaian konektivitas regional Kalimantan berhungan erat dengan infrastruktur jalan Tran Kalimantan yang saat ini masih membutuhkan perhatian seirus, karena kondisi infrastruktur Tran Kalimantan masih jauh dari harapan, atau kondisi jelek.
Kondisi jalan Trans Kalimantan yang kurang baik menyebabkan biaya transportasi sangat tinggi dan berdampak pada kebutuhan ekonomi masyarakat menjadi tinggi sehingga diperlukan perhatian semua Pemerintah Provinsi se Kalimantan untuk memperbaiki infrastruktur jalan Trans Kalimantan.
Program Prioritas se Kalimantan
13 Program Prioritas 4 Gubernur antara lain : 1). Penuntasan pembangunan jalan lintas Kalimantan (selatan, tengah, utara, dan Lintas Menuju Perbatasan dan , Jalan Penghubung Lintas Kalimantan; 2). Peningkatan Kelas Jalan Nasional dari Kelas III menjadi kelas II (revisi Keputusan Menteri Perhubungan No. 1 Tahun 2003); 3). Pembangunan Jalan Tol Balikpapan - Samarinda sepanjang 98 km (telah ditetapkan melalui SK Menteri PU No. 567/KPTS/M/2010 tentang Jalan Nasional Tol di Provinsi Kalimantan Timur); 4). Pembangunan Jembatan di Kab. Barito Kuala, Jembatan Pulau Balang, dan Percepatan Pembangunan Jembatan Loa Kulu Kutai Kartanegara; 5). Pengembangan Bandara Tjilik Riwut, Syamsudin Noor, Perpanjangan Runaway Bandara Sepinggan, Bandar Udara Ketapang; 6). Subsidi Angkutan Udara Perintis Antar Ibukota Provinsi di Pulau Kalimantan Pontianak, Palangkaraya, Banjarmansin, Samarinda/Balikpapan, Pembangunan Bandara Juwata; 7). Subsidi Ongkos Angkut (SOA) Bandar Udara Perbatasan Pulau Kalimantan; 8). Pengembangan pelabuhan laut Pulang Pisau, Bagendang, Batanjung dan Segintung, Pelabuhan Laut Banjarmasin, Perencanaan & Pembangunan Pelabuhan Utama Tanjung Gondol, Bengkayang, Pembangunan pelabuhanlaut Teluk Batang, Sintete, Ketapang, Kendawangan, Pelabuhan KIPI Maloy, dan Pelabuhan Palaran, Pembangunan PelabuhanLaut Banjarmasin, Pelabuhan Laut Pelaihari di Swarangan - Kab. Tanah Laut; 9). Penetapan Bandar Udara dan Pelabuhan di Koridor III Pulau Kalimantan sebagai outlet Hub Internasional; 10). Pembangunan terminal Tipe A di Samarinda, terminal AKAP di Palangkaraya, Terminal Dry Port Entikong dan Badau, Angkutan Massal (BRT) di Metropolitan Banjarbakula; 11). Pemenuhan Air baku/minum di Kota Pontianak, Penyediaan & Pengelolaan Air Baku Regional di Banjarbakula, Pembangunan Bendungan Tapin di Kab. Tapin; 12). Feasibility Study/detail engineering desain Pembangunan Prasarana dan Sarana Kereta Api di Kalbar, Studi Rencana Induk Jaringan Kereta Api di Kalimantan Selatan, dan 13). Percepatan izin pembangunan Rel Kereta Api Batubara di Kalimantan Timur.
Berdasarkan keunggulan dan potensi ekonomi dilakukan melalui 3 strategis utama antara lain : 1). Mengembangkan industri eksisting (Migas, Besi Baja, Bauksit, Pupuk, Batubara) ke arah hilirsasi produk meningkatkan daya saing; 2). Membangunan industri berbasis kelapa sawit, karet, rotan, perkayuan, udang, kerapu, rumput laut dan pengembangan Food Estate (sektor ekonomi terbarukan) dengan pendekatan skala ekonomi dan klaster industri (agroindustri dan agroservices) berdasarkan keunggulan dan potensi ekonomi dilakukan melalui 3 strategis utama antara lain : 1). Mengembangkan industri eksisting (Migas, Besi Baja, Bauksit, Pupuk, Batubara) ke arah hilirsasi produk meningkatkan daya saing; 2). Membangunan industri berbasis kelapa sawit, karet, rotan dan perkayuan (sektor ekonomi terbarukan) dengan pendekatan skala ekonomi dan klaster industri (agroindustri dan agroservices) dan pengembangan Food Estate; 3). Reinvestasi pendapatan dari SDA untuk pembangunan SDM dan infrastruktur wilayah.
Konektivitas Kalimantan
Konektivitas Kalimantan antara lain : 1). Kualitas dan Kapasitas Infrastruktur masih rendah; 2). Kelas Jalan Pulau Kalimantan : Kelas IIIA dan IIIB maksimum MST 8 Ton; 3). Konektivitas Antar Moda Transportasi Belum memadai (Darat, Laut, dan Udara); 4). Kesenjangan Antar Wilayah; 5. Pertumbuhan Ekonomi lambat.
Isu Penting Terkait Ketahanan Energi Kalimantan
Isu Penting Terkait Ketahanan Energi Kalimantan antara lain : 1). Kebutuhan energi diperkirakan meningkat pesat seiring industrialisasi dan pertumbuhan kelas menengah nasional; 2). Instabilitas di Wilayah Timur Tengah diperkirakan masih berlangsung; 3). Pertumbuhan produksi minyak global diperkirakan stagnan, bergeser ke batubara dan gas; 4). Kapasitas produksi minyak nasional belum optimal, tetapi konsumsi terus tumbuh seiring meningkatnya kelas menengah; 5). Meningkatnya peran sumber energi terbarukan: geotermal, angin, mikrohidro, biodisel, bioetanol; 6). Diperlukan perubahan kebijakan yang signifikan untuk mengurangi belanja subsidi energi yang tidak produktif dan menyediakan insentif yang memadai bagi pengembangan sumber energi baru dan terbarukan.
Hasi rapat pra Musrenbang Regional se Kalimantan diharapkan ada kesepatan percepatan penyelesaian koneksivitas dan pemunuhan enegi di Kalimantan. (Humas Bappeda Kaltim/Sukandar,S.Sos).