post-img

Rabu, 17 September 2025

superadmin

Berita

30 kali dilihat

Mangrove Kaltim Jadi Benteng Alami Abrasi, Perlu Dukungan Warga Untuk Penjagaannya

Samarinda, (10/09/2025) - Tidak banyak yang tahu, hutan mangrove di Kalimantan Timur termasuk yang terluas di Indonesia, mencapai lebih dari 240 ribu hektare. Mangrove bukan sekadar pohon, tetapi benteng alami penahan abrasi sekaligus habitat penting bagi ikan dan biota laut yang menopang kehidupan nelayan.


Sayangnya, kondisi mangrove di Kaltim menghadapi tantangan yang cukup serius akibat alih fungsi lahan menjadi tambak dan semak belukar. Jika terus berkurang, masyarakat pesisir akan terdampak: abrasi meningkat, hasil tangkapan menurun, dan perlindungan dari perubahan iklim melemah.


Isu inilah yang dibahas dalam Lokakarya Kerangka Kerja MRV di Hotel Aston Samarinda, Rabu (10/9). Kegiatan ini merupakan kolaborasi Pemerintah Provinsi Kaltim melalui Bappeda bekerja sama dengan Global Green Growth Institute (GGGI) untuk menjaga pesisir sekaligus menekan emisi karbon


Dihadiri oleh beberapa unsur, mulai dari perangkat daerah lingkup Pemprov Kaltim seperti Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kelautan dan Perikanan, DPUPR-Pera, hingga Dinas Kehutanan. Hadir pula akademisi, mitra pembangunan, serta perwakilan masyarakat sipil yang peduli lingkungan.


Para narasumber yang hadir antara lain dari UPT Kementerian Kehutanan yakni BPKH Wilayah IV Samarinda dan BPDAS Mahakam Berau, serta kalangan akademisi seperti Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Tropis Universitas Mulawarman. Mitra pembangunan Kaltim juga turut mengisi diskusi, di antaranya M4CR Kaltim, Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), serta pakar kehutanan Dr. Virni Budi Arifanti.


Wahyu Gatut Purboyo, Kepala Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Alam Bappeda Kaltim, menegaskan bahwa "Upaya menjaga mangrove bukan sekadar program pemerintah, tapi tugas bersama. Rehabilitasi mangrove bukan hanya urusan pemerintah, tapi perlu dukungan masyarakat. Mangrove ini garda terdepan kita di pesisir,” ujarnya.


Mangrove tidak hanya menahan abrasi, tetapi juga menyerap karbon sebagai bagian dari ekosistem karbon biru yang penting bagi lingkungan dan masyarakat.


Diharapkan Lokakarya ini mendorong kolaborasi pemanfaatan mangrove dan menjaganya agar pesisir terlindungi dan generasi mendatang aman dari ancaman iklim.


(SA)