Transisi Energi Berkeadilan: Tantangan dan Peluang Dalam Pengembangan Energi Terbarukan (EBT)
Samarinda - Di hari ke 3 ajang forum International Sustainable Week (ISEW) 2025, Wahyu Gatut Purboyo kembali memberikan paparan mengangkat isu Energi Terbarukan untuk Pertumbuhan Daerah: Tantangan dan Peluang di Kalimantan Timur pada ISEW hari ke tiga di Universitas Mulawarman, pada Kamis (16/10).
Wahyu Gatut menekankan pentingnya percepatan transisi energi di Kaltim sebagai bagian dari komitmen Indonesia dalam menurunkan emisi karbon secepat mungkin dan mempertahankan pemanasan suhu global sesuai Perjanjian Paris Pada tahun 2015 dalam Konferensi Internasional COP21.
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kalimantan Timur Tahun 2025–2045, target bauran energi terbarukan direncanakan mencapai 79 persen pada tahun 2045, naik signifikan dari capaian 12,14 persen pada 2024. Target tersebut diharapkan tercapai melalui peningkatan penggunaan potensi energi terbarukan seperti biodiesel, biomassa, dan pengembangan pembangkit listrik tenaga surya serta hidro di berbagai wilayah.
Tentu saja dalam perjalanan menuju target yang ditetapkan, Kaltim akan menghadapi beberapa tantangan. Tantangan dalam pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) antara lain, kebutuhan investasi besar, perekonomian energi terbarukan yang belum kompetitif, dan belum optimalnya insentif bagi produsen maupun pengguna EBT. Meski demikian, ia menilai peluang pengembangan energi bersih di Kaltim sangat besar, termasuk pemanfaatan lahan bekas tambang untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung, pengembangan biomassa dari kayu dan sawit sebagai penopang Ibu Kota Nusantara (IKN), serta penciptaan lapangan kerja hijau (green jobs) di masa depan.
Tentunya Green Jobs juga harus diiringi dengan Green Skills. Maka potensi anak muda harus dikembangkan secara optimal agar upaya ini menjadi game changer untuk mewujdukan Indonesia Emas 2045. Adapun sumber daya manusia (SDM) yang menjadi modal untuk mendukung green jobs diantaranya pemuda yang memiliki keahlian dalam teknologi, inovatif dan juga adaptif. Mereka harus menjadi inisator dalam penggerak ekonomi hijau melalui pengembangan teknologi energi terbarukan, bisnis jasa/produk ramah lingkungan, bisnis pertanian organik dan keterlibatan dalam pengurangan jejak karbon.
Upaya mendorong green jobs sendiri sudah dilaksanakan oleh Pemprov Kaltim bekerja sama dengan Direktorat Ketenagakerjaan Kementrian PPN/Bappenas melalui proyek GESIT. Bappeda telah menyusun berbagai dokumen krusial yang diperlukan, seperti dokumen transformasi ekonomi berbasis transisi energi, dokumen Kaltim berbasis ekonomi hijau, dan dokumen terkait green jobs.
Namun, seluruh perencanaan ini tidak akan berjalan baik tanpa kolaborasi antar sektor. Langkah ini harus diiringi dengan kerjasama yang baik antar pemerintah, pihak swasta, lemaaga, satuan pendidikan, serikat pekerja, pelaku usaha, media, organisasi dan juga masyarakat. Oleh karena itu, untuk mempercepat penerapannya, dibentuk Forum Konsultasi Daerah (FKD) yang melibatkan setiap aktor yang terlibat. Forum ini tidak hanya berfungsi sebagai wadah perencanaan, tetapi juga sebagai monitoring dan evaluasi percepatan transformasi energi di Kaltim.
Melalui Forum ISEW ini diharapkan dapat memeberikan pemahaman mendalam terkait transisi energi dan green jobs untuk mewujudkan pembangunan daerah yang berkelanjutan dan mencapai tujuan bersama Indonesia Emas di tahun 2045 .
Penulis: Suci Ashari
Editor: Hasti

