Foto: Sayoto Ashwan
Herdi Alif Al Hikam
Jakarta - Bandara Kulon Progo alias Yogyakarta International Airport (YIA) baru saja telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Usai diresmikan, ancaman bandara ini akan sepi mencuat.
Dikhawatirkan bandara ini bisa sepi seperti Bandara Kertajati di Jawa Barat. Lalu, apa yang bisa dilakukan agar bandara YIA tidak menjadi Kertajati jilid II? Transportasi penghubung ke bandara menjadi hal utama yang harus dibenahi pemerintah. Pengamat penerbangan Alvin Lie mengatakan bandara tidak bisa berdiri sendiri. Dia mengingatkan jangan sampai transportasi ke Kulon Progo tidak terhubung macam yang terjadi di Kertajati.
"Transportasi udara ini kan multimoda nggak boleh dia berdiri sendirian. Butuh transportasi lanjutan, jadi harus banyak belajar dari yang terjadi di Kertajati," ujar Alvin kepada detikcom, Senin (31/8/2020).
Alvin yang juga anggota Ombudsman ini menilai transportasi darat jadi hal yang vital untuk mendukung sebuah bandara, apalagi bercap internasional. Dia menyoroti jalan penghubung yang cuma ada satu akses menuju ke Kulon Progo, apalagi jalan tersebut menurutnya masih sempit.
"Praktis dari pengamatan saya itu jalan cuma satu, jalan Yogyakarta-Purworejo. Jalannya juga sempit 3 lajur, masing-masing arah cuma satu mobil, ada celah sedikit saja untuk mendahului. Ini rentan sekali kalau jam kerja pagi atau sore jadi macet, atau ada truk mogok selesai itu macet panjang," jelas Alvin.
Mau tak mau alternatifnya adalah melebarkan jalan, pasalnya untuk membangun tol tidak mendapatkan izin dari Sri Sultan Hamengkubuwono X selaku pemimpin Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Sultan sih menyatakan tidak setuju dibangun tol. Alternatifnya ya jalan dilebarkan, cuma tetap ini nggak sederhana juga menyangkut tanah rakyat, maka harus diupayakan bagaimana jalan akses tadi," papar Alvin.
Sementara itu, menurut pengamat penerbangan dari Arista Indonesia Aviation Center (AIAC), Arista Atmadjati bukan cuma infrastruktur saja yang penting. Untuk menunjang bandara Kulon Progo ketersediaan transportasinya juga harus memadai.
Transportasi harus tetap tersedia kapanpun dibutuhkan. Di sisi lain operator transportasinya pun diminta menyediakan harga yang terjangkau.
"Yang dibutuhkan itu cuma ketersediaan transportasi yang memadai dan terus ada. Selain itu, operatornya juga harus memberikan harga yang terjangkau, jangan cari untung lah di awal, kalau perlu diskon besar-besaran," kata Arista kepada detikcom.